Spektroskopi Glukosa

Spektroskopi Glukosa –Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid/keton dengan rumus empirik (CH2O)n. Karbohidrat digolongkan sebagai monosakarida atau gula (satu unit aldehida/keton); oligosakarida (beberapa unit monosakarida); dan polisakarida, molekul besar linear atau bercabang yang mengandung banyak unit mosakarida.

Monosakarida atau gula sederhana memiliki satu unit aldehida atau keton. Golongan ini juga mempunyai sedikitnya satu atom karbon asimetrik, dan karenanya terdapat dalam bentuk stereoisomer. Gula yang paling banyak terdapat di alam, seperti ribose, glukosa, fruktosa dan monosakarida adalah rangkaian gula D. Gula yang dapat mereduksi senyawa oksidator disebut gula pereduksi (Lehninger, 1997).

Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering dikenal dengan dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom karbon dan dengan demikian disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan bahwa gugus karbonil adalah sebuah aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan glukosa sebagai aldoheksosa (Pine, dkk., 1988).

glukosa

Bentuk terbuka heksosa berada pada keseimbangan dengan bentuk hemiasetal atau hemiketalnya. Glukosa mempunyai bentuk piranosa yang paling dominan dan kedua anomer dan telah diisolasi. Berdasarkan defenisi, bentuk isomer yang mempunyai C1-OH dan C5-C6. Siklisasi akan menghasilkan pusat asimetri baru. Anomer berbeda dalam sifat-sifat fisika dan rotasi optik. Dalam larutan kedua bentuk akan mencapai keseimbangan dan reaksi dapat diikuti dengan mengukur perubahan rotasi optik (Sastrohamidjojo, 1996).

Berbagai cara analisa dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan, analisa karbohidrat yang biasa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya (Sudarmadji, dkk., 1996).

Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dilakukan dengan metoda oksidasi dengan kupri. Metoda ini didasarkan pada peristiwa terduksinya kuprioksida menjadi kupro-oksida karena adanya gula reduksi. Reagen yang digunakan merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, dan asam sitrat atau campuran kupri sulfat dengan K-Na-Tartrat. K-Na-Tartrat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pengendapan kupri oksida yang ada dalam reagen. Pada kedua macam reagen tersebut yang berfungsi sebagai oksidator adalah kuprooksida dan mengendap berwarna merah bata. Jumlah endapan kuprooksida ekivalen dengan banyaknya gula reduksi yang ada. Selain dengan cara tersebut,dapat juga dengan menentukan kelebihan kuprioksida yang ada dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (Sudarmadji, dkk., 1996).

Salah satu alat yang dapat mengukur absorban dari larutan yang berwarna adalah spektrofotometer. Teknik spektrofotometri telah lama digunakan sebagai suatu teknik yang handal untuk deteksi, identifikasi, dan pengukuran kadar senyawa kimia dalam suatu larutan. Spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata terentang antara 400 nm sampai 800 nm. Pada teknik spektrofotometri, cahaya dari sumber cahaya diuraikan dengan menggunaka prisma sehingga diperoleh cahaya monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur. Hubungan antara konsentrasi dengan cahaya yang diserap dinyatakan dalam hukum Beer-Lambert. Hukum Beer-Lambert menyatakan pengurangan intensitasn cahaya monokromatis yang melalui suatu larutan berwarna berlangsung secara eksponensial dan bergantung pada panjang larutan yang dilalui cahaya dan kadar zat dalam larutan.

glukosa 2

Perbandingan I/Io disebut sebagai transmisi sinar (T) dan dinyatakan dalam persen (%). Serapan (Absorbance) = A atau disebut juga kerapatan optic (optical density)= OD, merupakan istilah yang lebih sering digunakan dan berasal dari persamaan:

A = – log T

Jadi A = K c l

Pada alat spektrofotometer yang lebih canggih, sinar yang datang benar-benar diusahakan berupa sinar monokromatis dengan cara membuat kontainer larutan (kuvet) yang sedemikian rupa, sehingga tidak ada sinar yang tertahan. Jika jalur sinar pada setiap bagian kuvet itu sama, maka nilai k untuk berbagai senyawa dalam berbagai larutan dan berbagai panjang gelombang dapat dihitung (Soewoto, dkk., 2001).

[wpspoiler name=”Buka Reference” ]Reference:

Lehninger, A.L. (1982). Dasar-dasar Biokimia, IPB Press, Bandung.

Pine, S. H., J., B., Hendrickson, D., J., Cram, dan G., S., Hammond, (1988). Kimia Organik 2 edisi keempat. Bandung: ITB.

Sastrohamidjojo, H. (1996). Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soewoto, H., M., Sadikin, M., V., Kurniati, S., I., Wanandi, D., Retno, P., Abadi, A., Retnoprijati, I., P., Harahap, S., A., Jusman. (2001). Biokimia Eksperimen Laboratorium, Jakarta: Widya Medika

Sudarmadji, S., B., Haryono, dan Suhardi, (1996). Analisa Bahan makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.[/wpspoiler]