Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Validitas Prediksi (Predictive Validity)-Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan (Sukardi, 2011: 35). Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal yang akan datang jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Arikunto, 2012: 84).

Nurgiyantoro (2009: 106) menjelaskan bahwa kesahihan ramalan menunjuk pada pengertian apakah sebuah alat tes mempunyai kemampuan untuk meramalkan prestasi yang akan dicapai kemudian. Seorang siswa yang diuji dengan alat tes tersebut menunjukkan prestasi yang menonjol, apakah ia juga berprestasi secara serupa pada mata pelajaran yang diteskan berikutnya.

Jika prestasi siswa tersebut tidak berubah, alat tes tersebut berarti mempunyai kesahihan ramalan yang cukup tinggi. Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes, melainkan kriterianya, apakah alat penilaian tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri, perilaku tertentu, atau kriteria tertentu yang diinginkan. (Sudjana, 2013: 15).

Purwanto (1992: 138) menjelaskan bahwa tes dikatakan memiliki predictive validity jika hasil koreksi tes itu meramalkan dengan tepat keberhasilan seseorang pada masa mendatang di dalam lapangan tertentu. Hal itu dapat dilihat dari korelasi koefisien antara hasil tes itu dengan hasil alat ukur lain pada masa mendatang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2009: 107) bahwa untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar kesahihan ramalan, biasanya dilakukan dengan mencari koefisien korelasi antara hasil tes yang pertama dengan hasil tes atau prestasi yang dicapai kemudian. Tinggi rendahnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya kadar kesahihan ramalan alat tes yang diuji kesahihannya itu.

Nurgiyantoro (2009: 107) menambahkan bahwa besarnya koefisien korelasi berkisar antara -1,0 sampai dengan +1,0, menunjukkan adanya korelasi yang sempurna, adanya kesejajaran yang sempurna. Koefisien -1,0 menunjukkan adanya korelasi yang sempurna, adanya kebalikan yang sempurna. Artinya, siswa yang tes pertama mendapat nilai tinggi pada tes kedua menjadi rendah, sebaliknya siswa yang tes pertama mendapat nilai rendah pada tes kedua justru menjadi tinggi. Koefisien 0,00 menunjukkan nilai yang tidak menentu, tidak ada korelasi.

Instrumen validasi prediksi mungkin bervariasi bentuknya tergantung beberapa faktor misalnya kurikulum yang digunakan, buku pegangan yang dipakai, intensitas mengajar dan letak geografis atau daerah sekolah. Yang perlu diperhatikan ketika kita akan melakukan tes prediksi diantaranya adalah perlunya memperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen yang divalidasi dengan tes yang telah dibakukan.

Untuk tes validasi prediksi, prinsip instrumen umum yang menyatakan bahwa tidak ada tes yang memiliki tes prediksi sempurna masih tetap berlaku. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa skor tes yang dihasilkan jugan memiliki sifat ketidaksempurnaan tersebut.

Menurut Sudjana (2013: 15), validitas ramalan ini mengandung dua makna: yang pertama validitas jangka pendek, yang kedua validitas jangka panjang. Validitas jangka pendek artinya daya ramal alat penilaian tersebut hanya untuk masa yang tidak lama. Artinya, skor tersebut berkorelasi pada waktu yang sama.

Misalnya ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua, berarti daya ramal berlaku pada semester dua, dan belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan berkorelasi juga di kemudian hari. Mengingat validitas ini lebih menekankan adanya korelasi, maka faktor yang berkenaan dengan persyaratan terjadinya korelasi haris terpenuhi.

Faktor tersebut antara lain adalah hubungan dari konsep dan variabel dapat dijelaskan berdasarkan pengetahuan ilmiah, minimal masuk akal sehat dan tidak mengada-ada. faktor lain adalah skor yang dikorelasikan memenuhi linieritas.

[wpspoiler name=”Buka refference” ]Refference:

Arikunto, S. (2009). Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

Purwanto, M. N. (1992). Prinsip- Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sudjana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya: Bandung.

Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara[/wpspoiler]