Plasmolisis dan Deplasmolisis –Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis terhadap sitoplasma maka air dalam sel akan berdifusi keluar sehingga sitoplasma mengerut dan membran sel terlepas dari dinding sel. Peristiwa inilah yang disebut plasmolisis.
Plasmolisis merupakan suatu fenomena pada sel berdinding dimana sitoplasma mengkerut dan membran plasma tertarik menjauhi dinding sel ketika sel melepaskan air ke lingkungan hipertonik (Cambell, 2003:620).
Peristiwa ini terjadi bila jaringan ditempatkan pada larutan yang hipertonik atau memiliki potensial osmotic yang lebih tinggi. Dalam keadaan tersebut, air sel akan terdorong untuk berdifusi keluar sel menembus membran (osmosis).
Dalam keadaan tertentu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula bila jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenl sebagai gejala deplasmolisis (Suyitno, 2010:21).
Peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis seperti yang terjadi pada sel tumbuhan juga terjadi pada sel hewan, walaupun ada sedikit perbedaan.
Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya.
Sel darah merah akan mengkerut apabila berada di dalam cairan yang hipertonis. Pengkerutan sel ini dinamakan krenasi (Mochamad Nasir, 1993:41).
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis (Burnie, 2000:20).
Bila sel darah merah berada di dalam larutan hipotonis, maka sel akan pecah dan hemoglobin yang berwarna merah akan keluar. Keadaan ini menjadi dasar untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah (Nasir, 1993:41).
Prinsip yang digunakan dalam peristiwa plasmolisis adalah karena terjadinya peristiwa osmosis sebagai akibat adanya perbedaan konsentrasi zat terlari dalam air medium disbanding zat terlarut yang ada di dalam protoplasma sel atau dapat diartikan sebagai dampak perbadaan potensial air antara dua tempat air yang dibatasi oleh membran sel tersebut.
Kondisi sel yang terplasmolisis tersebut dapat dikembalikan ke kondisi semula. Pengembalian dari kondisi terplasmolisis ke kondisi semula ini dikenal dengan istilah deplasmolisis.
Prinsip kerja dari deplasmolisis ini hampir sama dengan plasmolisis. Tapi konsentrasi medium dibuat hipotonis sehingga yang terjadi adalah cairan memenuhi ruang antar dinding sel dengan membran sel bergerak keluar, sedangkan air yang berada di luar bergerak masuk ke dalam dan dapat menembus membran sel karena membran sel mengizinkan molekul-molekul air untuk masuk ke dalam.
Masuknya molekul air ke dalam tersebut mengakibatkan ruang sitoplasma terisi kembali dengan cairan sehingga membran sel kembali dengan cairan sehingga akibat timbulnya tekanan turgor akibat gaya kohesi dan adhesi air yang masuk. Akhir dari peristiwa ini adalah sel kembali ke keadaan semula (Ferdinand an Ariwibowo, 2002:11).
[wpspoiler name=”Buka Reference” ]Reference:
Burnie, David. 2000. Jendela Iptek Seri II: Kehidupan. Jakarta: Balai Pustaka
Champbel, Neil A.. 2003. Bioligi Jilid II Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Ferdinand, Fiktor P. dan Moekti Ariwibowo. 2002. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama
Nasir, Mochamad. 1993. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta:Debdiknas
Suyitno, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar II. Yogyakarta: UNY[/wpspoiler]