Keasaman Ion Logam Terhidrat – Berdasarkan metode pH-metri ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada suasana lingkungan dan derajat oksidasi kation logam.
Adanya perbedaan muatan parsial yang semakin besar tentu akan menyebabkan terjadinya polarisasi ikatan. Ion logam dalam H2O yang memiliki perbedaan muatan tertentu, tentu akan mengalami polarisasi ikatan. Polarisasi ikatan akan mempengaruhi kekuatan asam sebagai akibat dari polarisasi ikatan O-H dari H2O yang terikat.
Menurut K.H. Sugiyarto (2009 : 1.4–1.5), ion-ion logam transisi lebih kecil ukurannya dibanding dengan ion-ion logam kelompok s dalam periode yang sama. Hal ini menghasilkan rasio muatan per jari-jari yang lebih besar bagi logam-logam transisi. Atas dasar ini, relatif terhadap logam kelompok s diperoleh sifat-sifat logam transisi sebagai berikut:
- Oksida-oksida dan hidroksida logam-logam transisi ( M2+ dan M3+) kurang bersifat basa dan lebih sukar larut.
- Garam-garam logam transisi kurang bersifat ionik dan juga kurang stabil terhadap pemanasan.
- Garam-garam dan ion-ion logam transisi dalam air mudah terhidrat dan juga lebih mudah terhidrolisis menghasilkan sifat agak asam.
- Ion-ion logam transisi lebih mudah tereduksi.
Jari-jari atom dan ion logam transisi adalah senbagai berikut:
Walaupun senyawa logam-logam transisi dengan tingkat oksidasi +2 dan +3 sering dipertimbangkan ionik, namun tingginya muatan kation atau tingginya tingkat oksidasi ini dan pengaruhnya pada polarisasi anion sekalipun hanya kecil mengakibatkan beberapa oksida menunjukkan sifat asam dan senyawanya menjadi bersifat kovalen. Sebagai contoh, Cr2O3 dam Mn2O3 menunjukkan sifat amfoterik, dan semakin tinggi tingkat oksidasinya seperti pada CrO3 dan Mn2O7, oksida ini menjadi oksida asam.
Sementara itu menurut aturan yang dikemukakan oleh Kasmir Fajans dalam K.H. Sugiyarto & Retno D.S (2010 : 40) perihal polarisasi adalah sebagai berikut:
- Kation dengan ukuran semakin kecil dan muatan positif semakin besar mempunyai daya mempolarisasi semakin kuat.
- Anion dengan ukuran semakin besar dan muatan negatif semakin besar akan semakin mudah terpolarisasi.
- Kation yang mempunyai konfigurasi elektronik bukan konfigurasi elektronik gas mulia mempunyai daya mempolarisasi lebih kuat.
Menurut K.H. Sugiyarto, (2009 : 1.5), perubahan ukuran ion yang sangat kecil dari Sc hingga Cu, mengakibatkan senyawa-senyawa hidrat untuk ion-ion dengan tingkat oksidasi +2 dan +3 mempunyai struktur kristal, jumlah air kristal dan sifat kelarutan yang mirip satu sama lain. Misalnya, semua M3+ ( M = Sc s.d. Cu ) membentuk senyawa tawas (alum) dengan tipe K2SO4 M2(SO4)3.24H2O, tetapi semua M2+ membentuk isomorf sulfat rangkap yakni (NH4)2 SO4 MSO4.6H2O.
Penentuan pKa setiap ion terhidrat adalah:
[M(H2O)6]x+ + H2O ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+ atau [M(H2O)6]x+ ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+
Semakin besar harga pKa garam, maka tingkat keasaman makin berkurang. Kation logam terhhidrat dengan muatan positif semakin besar dan memiliki ukuran jari-jari semakin kecil memiliki daya polarisasi ikatan O-H makin besar sehingga harga pKa makin kecil.
Kation metalik terhidrat dengan ukuran jari-jari semakin kecil dan muatan positif semakin besar mempunyai daya mempolarisasi semakin kuat dan kekuatan asam semakin besar (polarisasi ikatan O-H makin besar) sehingga harga pKa makin kecil. Keasaman Ion Logam Terhidrat
[wpspoiler name=”Buka refference” ]Reference:
K.H Sugiyarto.(2009). Dasar-dasar kimia anorganik transisi. Yogayakarta : FMIP UNY
K.H. Sugiyarto., R.D. Suyanti. (2010). Kimia anorganik logam. Yogyakarta : Graha Ilmu
Miessler, G.A. & Tarr, D.A. (2003). Inorganic chemistry (3rd ed.). Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall.[/wpspoiler]