Paradigma kesatuan ilmu Unity of Science

Paradigma kesatuan ilmu Unity of Science -Hakikatnya semua ilmu berasal dari Allah SWT dan manusia sebagai pelaksana atau modifikator di dunia. Ilmu agama seperti ilmu fiqih, tauhid, tafsir, hadist dan lain-lai disebut juga ilmu akhirat. Sedangkan ilmu sains (eksakta) seperti biologi, fisika, kimia, kedokteran dan lain-lain disebut juga ilmu dunia/ilmu umum.

Ilmu agama dan ilmu eksakta tidak dapat dipisah-pisahkan. Albert Einstein mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, sedangkan ilmu agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan (eksakta) diibaratkan simbiosis yang saling menguntungkan.

Adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu eksakta menjadi penyebab kemunduran umat Islam disebabkan karena adanya kolonialisme Barat atas dunia Islam sejak abad 18 hingga abad ke 19, dimana negara-negara Islam tidak mampu menolak upaya-upaya yang dilakukan Barat, terutama injeksi budaya dan peradabannya. Karena itu, budaya Barat mendominasi budaya tradisional setempat yang telah dibangun sejak lama. Bahkan bisa dikatakan, ilmu-ilmu umum (sains) telah menggantikan ilmu-ilmu agama Islam. Ilmu-ilmu umum yang datang dari Barat itulah yang kemudian didominasikan dalam mata kuliah/mata pelajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Apalagi ketika budaya Barat sebagai dampak dari modernisasi diterima secara total bersama dengan adopsi ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Paradigma kesatuan keilmuan unity of science adalah solusi untuk menghidari adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu sains yang menjadi penyebab kemunduran umat Islam. Unity of Science seperti keterpaduan ilmu agama dan ilmu sains perlu diterapkan melalui kurikulum dalam mata kuliah/mata pelajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam Indonesia.

Strategi untuk mengimplementasikan paradigma Wahdatul Ulum (Unity of Science) dalam kurikulum adalah sebagai berikut :

  1. Humanisasi ilmu-ilmu keislaman. Humanisasi yang dimaksud adalah merkonstruksi ilmu-ilmu keislaman agar semakin menyentuh dan memberi solusi bagi persoalan nyata kehidupan manusia Indonesia. Strategi humanisasi ilmu-ilmu keislaman mencakup segala upaya untuk memadukan nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia.
  2. Spriritualisasi ilmu pengetahuan. Spiritualisasi adalah memberikan pijakan nilai-nilai ketuhanan (Ilahiyah) dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk memastikan bahwa pada dasarnya semua ilmu berorientasi pada peningkatan kualitas/ keberlangsungan hidup manusia dan alam semesta, bukan penistaan /perusakan keduanya. Strategi spiritualisasi ilmu-ilmu modern meliputi segala upaya membengun ilmu pengetahuan baru yang didasarkan pada kesadaran kesatuan ilmu yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui nabi, eksplorasi akal, maupun eksplorasi alam.
  3. Revitalisasi local wisdom. Revitalisasi local wisdom adalah penguatan kembali ajaran-ajaran luhur bangsa. Strategi local wisdom terdiri dari semua usaha untuk tetap setia pada ajaran luhur budaya lokal dan pengembangannya guna penguatan karakter bangsa.

Walaupun sains dan agama merupakan dua entitas yang berbeda, namun keduanya sama-sama memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan agama, manusia memiliki iman, etika, moral yang beradab. Dengan sains , manusia akan memajukan dunia dengan berbagai penemuan yang gemilang serta memberikan kemudahan fasilitas yang menunjang keberlangsungan hidup. Paradigma kesatuan ilmu Unity of Science